Aneh Dan Unik ~ Stockholm Syndrome adalah respon psikologis di mana dalam kasus-kasus tertentu para sandera penculikan menunjukkan tanda-tanda kesetiaan atau sayang kepada penyanderanya tanpa memperdulikan bahaya atau risiko yang telah dialami oleh sandera itu. Memang cukup aneh, tapi hal ini pernah terjadi di berbagai negara. Contoh kasusnya bisa dilihat berikut ini.
Perampokan Bank
Seorang pria bernama Jan-Erik Olsson, melakukan perampokan di Bank Sveriges Kreditbanken. Dalam perampokan itu, Jan-Erik menyandera 4 orang, yang terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki. Mereka bernama Birgitta Lundblad, Elisabeth Oldgren, Kristin Ehnmark and Sven Safstrom. Selama 6 hari, semua korban disekap, diikat bom, dan dianiaya oleh Jan-Erik.
Para korban tersebut malah merasa simpati kepada si perampok dan meminta agar mereka bisa dibebaskan bersama perampok. Kristin, perempuan yang menjadi salah satu korban bahkan jatuh cinta pada si perampok itu.
Beberapa hari setelah Jan-Erik berhasil bebas dari penjara, Kristin si korban dan Jan-Erik dikabarkan melanjutkan jalinan cintanya dan bertunangan. Dari situlah muncul istilah Stockholm Syndrome.
Mary McElroy
Kasus ini terjadi pada tanggal 27 Mei 1933. Ketika itu, Mary sedang mandi di rumahnya, namun ternyata rumahnya dibobol oleh 4 orang yang akan menculiknya. Setelah selesai mandi dan berpakaian, mereka pun menculik Mary, dan membawanya ke rumah tua dan mengikatnya di dinding.
Ternyata, alasan keempat orang itu menculik Mary adalah karena mereka tahu bahwa Mary merupakan anak dari Henry F. McElroy, seorang konglomerat di Kansas City. Menculik anak dari konglomerat jelas bisa mendatangkan uang cukup besar.
Awalnya, mereka meminta uang tebusan sebesar USD 60 ribu (sekitar Rp 900 juta jika menggunakan kurs sekarang), namun mereka hanya berhasil mendapatkan USD 30 ribu (sekitar Rp 450 juta) setelah melalui proses negosiasi. Uang tebusan pun mereka dapatkan dua hari kemudian, tanggal 29 Mei 1933. Mary pun bebas tanpa mendapatkan luka sedikitpun.
Namun, sekitar sebulan kemudian, tiga orang pelaku penculikan itu berhasil ditangkap, dan ditahan di penjara. Dari sini muncul permasalahan. Mary mengaku bahwa selama diculik, para pelakunya memperlakukannya dengan baik. Bahkan, salah satu dari pelakunya pernah memberikan Mary seikat bunga. Sayangnya, hal tersebut tak membuat para pelaku bebas. Mereka pun mendapatkan hukuman berat. Hal itu membuat Mary merasa bersalah.
Kasus Elizabeth Smart
Elizabeth Smart diculik dari rumahnya yang berad adi Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat. Pelaku penculikan diketahui bernama Brian David Mitchell, dan istrinya yang bernama Wanda Barzee. Mereka pun membawa Elizabeth ke sebuah rumah gubuk di tengah hutan. Selama 9 bulan masa penahanannya, Elizabeth kerap diperkosa oleh Brian.
Meski mendapatkan perlakuan tak mengenakkan, Elizabeth tak berusaha untuk kabur. Bahkan, pernah beberapa kali Elizabeth diperbolehkan untuk keluar rumah, dan bepergian ke mana pun dia suka.
Dalam perjalanannya ke perpustakaan, Elizabeth pernah ditanya oleh polisi, namun dia tak memberitahukan identitas aslinya, dan juga tak meminta tolong pada polisi itu. Padahal dia bisa saja melakukannya untuk membuat pelaku penculikannya ditangkap.
Patty Hearst
Tanggal 4 Februari 1974, sekelompok orang bersenjata membobol masuk apartemen Patty Hearst, 19 tahun, yang berlokasi di Berkeley, California, Amerika Serikat. Tunangan dari Patty pun dipukuli, dan Patty diculik. Diketahui, pelaku penculikan Patty itu menamai diri mereka dengan nama Symbionese Liberation Army (SLA), dan mereka menginginkan perang dengan Amerika Serikat. Namun, pada bulan April 1974, sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Patty, yang harusnya menjadi korban penculikan, malah bergabung ke kelompok teroris yang menculiknya. Dia pun menyerukan ingin menjadi salah satu dari tentara revolusioner.
Bahkan dia sempat terekam kamera turut membantu teroris itu merampok sebuah bank. Semua itu dia lakukan selama beberapa tahun. Akhirnya, tanggal 18 September 1975, Patty berhasil ditangkap dengan tuduhan perampokan, dan dikurung dalam penjara selama 7 tahun. Saat disidang, Patty mengaku bahwa dia terkena cuci otak dari pelaku penculikan yang menculiknya, meski bisa saja bukan itu yang terjadi sebenarnya. Dua tahun kemudian, dia pun dibebaskan.
Natascha Kampusch
Natascha Kampusch, yang pada tanggal 2 Maret 1998 masih berusia 10 tahun, sedang berjalan menuju ke sekolahnya. Di tengah perjalanan, dia pun disekap oleh dua orang dan dimasukkan ke dalam mobil van warna putih.
Wolfgang Přiklopil, sang pelaku penculikan, menyandera Natascha selama 8 tahun di rumahnya, tepatnya sebuah gudang bawah tanah yang kecil, tak memiliki jendela, dan kedap suara. Awalnya, layaknya seorang tahanan, Natascha tak diperbolehkan untuk keluar dari ruangan itu. Namun lama kelamaan, Natascha sudah menjadi bagian dari para penculik itu. Natascha pun diberikan kebebasan dalam rumah Wolfgang, asalkan dia tak berbicara pada siapa pun mengenai penculikan ini.
Sadar menjadi incaran polisi dan bakal ditangkap serta dihukum berat, Wolfgang pun bunuh diri dengan cara melompat ke depan kereta yang sedang berjalan. Wolfgang tewas seketika. Namun anehnya, begitu mengetahui kabar kematian Wolfgang, Natascha malah menangis dan duduk di depan peti mati Wolfgang selama berjam-jam. Bahkan, Natascha juga diketahui menyimpan foto Wolfgang di dompetnya.
Baca Juga
No comments:
Post a Comment