Kasus Pembunuhan Yang Berhasil Diselesaikan Berkat Hantu Korbannya
Aneh Dan Unik ~ Ternyata ada beberapa kasus pembunuhan, yang pelakunya berhasil ditemukan dan ditangkap berkat arahan hantu atau arwah dari korbannya. Percaya tak percaya, hal ini benar-benar terjadi. Berikut ini adalah Kasus Pembunuhan Yang Berhasil Diselesaikan Berkat Hantu Korbannya.
Kasus Zona Heaster Shue
Kasus ini terjadi pada tanggal 23 January 1897, di Greenbier County, Virginia Barat, Amerika Serikat. Pada tanggal tersebut, Zona Heaster Shue ditemukan tewas di rumahnya oleh seorang anak laki-laki. Awalnya, kematian dari Zona diduga sebagai kematian alami, namun akhirnya kematian dari Zona ini diketahui akibat pembunuhan. Ketika ditemukan, posisi mayat Zona berada di lantai. Sang bocah laki-laki yang menemukan mayatnya itu lalu berlari dan langsung memberitahu apa yang dilihatnya ke ibunya. Ibunya itu kemudian memanggil seorang dokter bernama George W. Knapp, yang baru tiba di TKP satu jam kemudian.
Setibanya di TKP, ternyata mayat Zona sudah dipindahkan suaminya, Edward Stribbling Trout Shue, ke lantai atas, dan dibaringkan di ranjang. Edward juga repot-repot mendandani mayat Zona, walaupun itu sebenarnya bukan tugasnya. Begitu diperiksa George, George menemukan ada lebam di leher Zona. Sayangnya, saat George mau memeriksa lebih teliti lagi, Edward tiba-tiba menyuruh George menghentikan pemeriksaannya dan mengusirnya.
Sehari kemudian, tanggal 24 Januari 1897, jenazah Zona pun dimakamkan di pemakaman lokal, yang kini dikenal dengan nama Soule Chapel Methodist Cemetery. Selama pemakaman, Edward bersikeras agar tak ada yang mendekati jenazah Zona.
Ibu dari Zona, Mary Jane Heaster, yakin, bahwa Zona tak meninggal karena kematian alami, atau kecelakaan. Mary yakin Zona meninggal karena dibunuh suaminya sendiri. Namun, tak ada bukti yang bisa menguatkan tuduhan tersebut. Empat minggu setelah pemakaman, arwah Zona muncul dalam mimpi Mary. Zona mengatakan bahwa suaminya adalah orang yang kejam, karena telah membunuhnya dengan mematahkan lehernya. Sebagai bukti bahwa suaminya mematahkan lehernya, Zona pun memutar kepalanya sampai bisa berputar 180 derajat. Dikatakan, arwah Zona itu mendatangi Mary selama 4 hari.
Setelah itu, Mary pun mendatangi pengacara bernama John Alfred Preston, dan memohon agar bisa dilakukan otopsi ulang. Permohonan itu pun disetujui, dan otopsi ulang dilakukan pada tanggal 22 Februari 1897, dihadiri suaminya, Edward, meski sebelumnya dia sempat menolak untuk hadir.
Proses otopsi berlangsung selama 3 jam, dan para profesional medis akhirnya secara ajaib menemukan bahwa lehernya memang telah patah. Edward lalu dinyatakan bersalah atas pembunuhan Zona dan dihukum seumur hidup di penjara. Namun, ia hanya menjalani 3 tahun sebelum akhirnya meninggal karena penyakit yang tak diketahui.
Kasus Teresita Basa
Kasus yang satu ini terjadi pada tanggal 21 Februari 1977 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Pada tanggal tersebut, sekitar pukul 9 malam waktu setempat, unit pemadam kebakaran dipanggil untuk memadamkan api di rumah Teresita Basa, yang merupakan orang Filipina. Namun, para pemadam kebakaran itu justru menemukan hal yang tak terduga, yaitu mayat Teresita yang hangus terbakar di bawah tempat tidurnya.
Lebih aneh lagi, mayat Teresita itu dalam keadaan telanjang, dan terdapat satu pisau dapur mencuat dari dadanya. Dari situ, pihak investigator menyatakan bahwa kebakaran itu sengaja dibuat untuk menutupi kasus pembunuhan.
Meski ada bukti bahwa Teresita sempat diperkosa, namun menurut otopsi tak ada tanda-tanda bahwa Teresita diperkosa. Motif pembunuhan juga tak berhasil ditemukan. Penyelidikan pun makin rumit karena sedikitnya bukti karena bukti-bukti yang diperlukan sudah terbakar. Satu-satunya bukti yang tersisa adalah sebuah memo bertuliskan “Dapatkan tiket bioskop untuk AS.” Sekitar 5 bulan setelah kasus tersebut, teman dari Teresita, yaitu Remy Chua, dan suaminya, Jose, menghubungi polisi terkait kasus pembunuhan yang menimpa temannya itu.
Remy, yang juga merupakan orang Filipina, mengatakan pada Jose bahwa tak lama setelah pembunuhan terjadi, arwah dari Teresita mendatanginya dan memohon untuk melaporkan pembunuhannya ke polisi.
Pada suatu malam, ketika Remy sedang beristirahat, suami Remy, Jose, tiba-tiba mendapati Remy berbicara dengan suara yang berbeda. Suara itu mengaku bahwa dirinya adalah Teresita. Diduga Remy telah kerasukan arwah Teresita. Teresita, melalui Remy, memberitahu bahwa yang membunuhnya adalah seorang pria bernama Allan Showery. Arwah Teresita juga memberitahu bahwa perhiasan miliknya dicuri oleh Allan.
Polisi pun kemudian memanggil Allan untuk diinterogasi. Awalnya, Allan menyangkal perbuatannya. Namun, ternyata perhiasan milik Teresita ditemukan pada pacar Allan. Dari situ, Allan pun mengakui perbuatannya, dan akhirnya dipenjara selama 14 tahun.
Kasus Catherine Ballesteros
Kasus yang merenggut nyawa dari Catherine ini terjadi pada tanggal 24 Juni 2004 di Tejeros, Makati, Filipina. Secara mengejutkan, Catherine ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya. Yang menemukan mayatnya adalah Danny Arizala, paman dari Catherine, yang memang pada saat itu ingin mengunjungi keponakannya. Menurut Danny, dia sampai di rumah Catherine pada pukul 4 sore waktu setempat, namun tak ada respon meski sudah mengetuk pintu rumahnya sampai beberapa kali.
Akhirnya, Danny pun masuk dengan paksa, dan langsung menuju ke kamar Catherine. Anehnya, kamar Catherine juga terkunci. Danny pun memutuskan untuk melihat ke dalam kamarnya lewat lubang yang berada di antara dinding kamarnya dan langit-langit. Danny pun kaget, karena Catherine sudah tak bernyawa dan penuh dengan darah.
Diketahui, Catherine tewas akibat luka tusukan. Tak tanggung-tanggung, pelaku menusuknya sampai 33 kali. Di sekitar mayat Catherine, terdapat beberapa jejak kaki berdarah di lantai, barang-barang hilang, dan darah juga ada di kenop pintu. Polisi pun berharap bahwa beberapa darah yang ada di TKP adalah milik si pelaku, namun ternyata tidak.
Orangtua dari Catherine pun dikabari tentang kabar pembunuhan yang menimpa putri mereka, dan langsung bergegas ke TKP. Sayangnya, mereka tak diijinkan masuk, dan akhirnya diarahkan ke kamar mayat. Di sana, ibu dari Catherine, Emer, menangis sejadi-jadinya, dan memeluk putrinya itu. Pada saat itulah, Emer mengaku mendengar ada bisikan di telinganya.
Bisikan yang didengar Emer itu diduga adalah arwah dari Catherine. Catherine membisikkan satu nama, Baba. Titik terang kasus pembunuhan ini dimulai dari situ. Ternyata, diketahui ada satu orang yang menyandang nama Baba. Dia adalah Ryan “Baba” Viscarra, dan dia dikenal sebagai seorang pencuri. Polisi pun menangkapnya, dan tak butuh waktu lama untuk membuktikannya sebagai pelaku pembunuhan karena sidik jarinya dan darahnya cocok dengan darah yang ada di TKP. Baba pun akhirnya dihukum penjara seumur hidup.
Kasus Maria Marten
Maria Marten dibunuh oleh seseorang pada tahun 1828. Ternyata, pelaku dari pembunuhan itu adalah pacarnya sendiri, William Corder. Agar lolos dari tuduhan membunuh, William pun membuat surat palsu yang mengatakan bahwa William dan Maria kawin lari. Pada awalnya, semua orang tampak cukup lega, mengingat mereka mengira Maria hilang tanpa jejak. Kemudian ibu tirinya, Ann, mulai mengalami mimpi buruk tentang Maria dibunuh di sebuah lumbung berwarna merah, yang ternyata berada tak jauh dari rumah Ann.
Dari mimpinya itu, Ann lalu berkeras menyuruh suaminya untuk memeriksa lumbung yang sama dengan ada di dalam mimpinya. Secara mengejutkan, di lumbung itu terdapat mayat dari Maria. Maria dikuburkan di tempat penyimpanan biji-bijian dan dibungkus dengan karung dengan saputangan hijau bertandatangan William yang masih ada di sekeliling lehernya.
Akhirnya, William terbukti bersalah, dan dihukum mati dengan cara digantung di depan publik. Setelah itu, tubuhnya dibedah dan dipelajari. Akhirnya, kulitnya digosongkan oleh dokter bedah dan digunakan sebagai penjilid serta sampul buku tentang data pembunuhan.
Kasus Ashley Howley
Ashley adalah korban pembunuhan yang dilakukan oleh mantan pacarnya yang psikopat, Robert P. MacMichael II. Mantan pacarnya itu membunuh Ashley, lalu membungkus tubuhnya dengan semen, dan menguburnya di dekat rumah ayahnya. Sebelum diketahui jadi korban pembunuhan, Ashley hanya dianggap hilang karena tak ada kabar darinya dalam waktu yang lama.
Polisi saat itu sudah menduga bahwa mantan pacarnya itu terlibat, namun tak memiliki cukup bukti untuk bisa menindaknya. Bahkan anjing pelacak pun sudah dikerahkan di tempat mayat Ashley berada, namun anjing pelacak itu tak bisa menemukan Ashley. Alhasil, sang pelaku lolos dan tak tertangkap selama 4 tahun.
Arwah Ashley lalu tak bisa tenang dan tak akan membiarkan hal ini terus terjadi. Dia pun mengunjungi seorang paranormal bernama Kristy Robinett saat sedang tidur. Ashley pun memberikan semua detil terkait pembunuhannya, mulai dari metode pembunuhannya, sampai lokasi mayat Ashley.
Berdasarkan informasi tersebut, polisi lalu berhasil menemukan mayat Ashley, dan Robert P. MacMichael II pun mengakui perbuatannya. Selain membunuh Ashley, ternyata Robert P. MacMichael II juga membunuh ibunya sendiri dan pacar dari ibunya itu.
Baca Juga
No comments:
Post a Comment